Membangun “Super Team” Kita

Apakah Anda pernah mendengar tentang “teori unggas” yang mengatakan bahwa unggas dengan warna bulu yang sama akan cenderung saling berkumpul dan membentuk sebuah kelompok tersendiri? Kemudian, kelompok tersebut terpisah dengan unggas-unggas lain dengan warna yang berbeda.

Ternyata “teori unggas” tersebut sering kami temukan dalam beberapa kesempatan pelatihan SDM yang kami fasilitasi di beberapa organisasi/perusahaan di Indonesia.

Dari para peserta pelatihan, kami mendapatkan konfirmasi bahwa beberapa di antara mereka yang pesimistis menghadapi perubahan yang terjadi dalam organisasi, ternyata mereka berada di lingkungan pesimis pula.

Kata-kata yang sering diucapkan mereka yang pesimistis adalah: “Ah, saya nggak mampu karena saya kurang qualified... atau “Saya tidak mencoba tantangan tersebut, karena saya masih harus belajar banyak...” dan sebagainya. Padahal, pembelajaran itu adalah sebuah kehidupan itu sendiri.

Memang demikianlah yang telah terjadi. Para karyawan yang mempunyai kesamaan minat, motivasi dan tujuan, biasanya menjadi satu kelompok yang sama.

Sisi positifnya, jika seseorang masuk dalam kelompok yang positif, yaitu sebuah kelompok yang beranggotakan orang-orang optimis, seseorang tersebut akan selalu optimistis, pantang mundur dalam menghadapi tantangan yang ada.

Ini karena seorang optimis adalah people who make thing happen. Kata-kata yang sering mereka ucapkan adalah “Saya siap menerima tantangan apa pun yang diberikan oleh atasan saya..” Atau “Saya akan berusaha yang terbaik agar sukses dalam pekerjaan ini.”

Sisi negatifnya, jika seseorang berada dalam kelompok yang beranggotakan orang-orang pesimis dalam melihat tantangan yang ada, orang tersebut akan menjadi semakin pesimistis karena bergaul dengan orang-orang yang pesimist, yaitu people who wonder thing happen. Kelompok ini sangat mengkhawatirkan terjadinya sebuah perubahan, termasuk persaingan.

Marilah kita lebih aware (menyadari) dan berhati-hati dengan siapa atau kelompok seperti apa kita bergaul dan berinteraksi dalam keseharian kita. Alangkah baiknya jika kita berinteraksi dalam kelompok yang secara dinamis bergerak maju berkembang optimal menuju kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.

Be careful the environment you chose for it will shape you; be careful the friends you chose for you will become like them” (W. Element Stone). Jika kita hidup di lingkungan yang serbapesimistis, selalu membaca atau mendengarkan berita yang serba pesimistis, dan sebagainya, informasi-informasi tersebut akan menggerus sikap optimistis kita yang sebenarnya dimiliki.

Kita sudah menyatakan bahwa kalah sebelum mengambil langkah untuk memulai sebuah pertandingan.

Mari kita membangun sebuah kelompok yang positif—sebuah Super Team kita, di mana kita akan mendapat manfaat dari interaksi sesama anggota tim untuk bersama-sama mengembangkan diri.

Hal ini diperlukan agar kita semakin mampu menghadapi tantangan kehidupan kita sehari-hari yang terus berubah. Ini penting juga agar kita selalu dapat terus mengembangkan diri menjadi lebih baik dalam bidang masing-masing. Nobodys cannot success alone.

Siapa pun kita, apa pun profesi kita, apa pun peran kita, kita adalah individu yang harus terus mengembangkan potensi diri. Kita memerlukan lingkungan yang positif.

Mari kita membangun Super Team kita, yaitu tim yang beranggotakan orang-orang yang bertujuan yang positif, dengan interaksi yang positif saling mendukung dan mendorong agar perbaikan-perbaikan hidup lebih cepat tercapai. Kita tidak harus sama dengan anggota yang lain, namun tetap dapat terus saling memotivasi untuk terus mengembangkan potensi diri.

Lingkungan akan membangun frame of thinking (cara berpikir) kita dalam melihat suatu kejadian atau peristiwa. Kita perlu mengetahui apakah hal itu permasalahan atau suatu tantangan, apakah hal tersebut sebaiknya kita hindari dan dapat kita hadapi bersama dengan Super Team kita?

Lingkungan interaksi kita sehari-hari akan sangat berperan dan berpengaruh untuk melakukan sebuah perubahan dalam proses menuju sebuah keberhasilan. Success is not an accident, rather it is the result of decision we make daily in our life. (pz@2011)

*Penulis adalah Expertise Personal Development Indonesia.

Komentar

Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar